Monday, 15 August 2016

DIPERKOSA ATAS NAMA CINTA


 
     Percaya gak dengan istilah “Jodoh itu cerminan diri”?, yang maksutnya jodoh kita kelak adalah gambaran dari perilaku diri kita sendiri dimasa lalu dan masa sekarang,
     Sama halnya dengan peribahasa “apa yang kau tanam dimasa lalu merupakan hasil yang akan kamu petik dan nikmati sendiri dimasa depan”. Sejujurnya, peribahasa ini adalah peribahasa yang paling aku yakini dalam kehidupan. Dalam kisah ini, aku  ingin mengarahkan pemikiran kita kembali mengenang masa lalu kita. Mungkin, dalam pemikiran sebagian orang beberapa hal yang dilakukannya dalam masa lalu akan menjadi sebuah beban moral dalam dirinya, meskipun di awal kita tak pernah terfikirkan untuk menyesali apa yang kita lakukan di waktu dulu. namun kenyataannya, hal tersebut menjadi sebuah beban moral tersendiri bagi pelakunya.
     Dulu ketika aku masih polos, masih belum terfikirkan apa yang akan kuterima dimasa depan, hal yang kufikirkan adalah “bagaimana cara kita memenuhi nafsu dan kemauan pribadi”. Aku mulai mengenal istilah pacaran ketika aku duduk di kelas tiga bangku sekolah menegah pertama, saat itu yang terfikirkan hanyalah “wanita itu hanya sebuah objek konstan yang bisa dimainkan, dan kita (laki-laki) adalah subjek penentu yang memiliki nilai variable untuk memainkannya”. Ketika awal pacaran aku bertingkah layaknya seseorang newbie yang baru memulai sebuah permainan, aku gak ngerti apapun tentang wanita, tentang hubungan, dan tentang istilah-istilah yang menjerumus kearah konten dewasa.
     Mulai beranjak kebangku sekolah menengah atas, konteks pacaran ku mulai lebih berani, di bangku kelas satu, aku mulai berani berciuman dengan pacarku. Pada level ini yang terfikir dalam otakku adalah, “seorang wanita itu menjadi sebuah predikat yang melengkapi sebuah subjek (laki-laki) untuk menghasilkan sebuah nilai pada objek yaitu KEPUASAN”. Namun sekarang, ketika aku mulai berfikir tentang kelakuanku dimasa lalu, mulai timbul penyesalan dalam hidupku.
     Kembali mengenang kisahku. Dalam moment ini adalah sebuah moment yang paling aku sesali dalam kehidupanku, benar-benar masih jelas dalam ingatanku, tanggal 1 januari 2012, pertama kali aku melakukan hal itu, hal yang selayaknya dilakukan oleh pasangan yang sudah resmi, hal yang dilarang oleh norma agama dan norma asusila, hal yang benar-benar akan jadi sebuah penyesalan terbesar dalam hidupku nanti. Awalnya aku melakukan hal tersebut dengan tenang dan menikmatinya, aku melakukannya dengan semangat tanpa memikirkan konsekuensi yang akan aku terima kelak.
     Namun, Setelah hal itu, aku kembali melakukannya lagi dan lagi, hampir setiap aku ganti pasangan aku selalu melakukannya atas alasan cinta, meskipun saat ini aku sadar hal itu hanya sebuah nafsu birahi yang membodohiku. Hampir setiap wanita yang aku dekati selalu saja kuajak melakukan hal tersebut tanpa pikir panjang dan tanpa memikirkan konsekuensinya. Benar-benar, saat itu aku merasakan sebuah kesenangan yang tak bisa diungkapkan dan saat itu pula aku mulai berfikir “inilah puncak dari sebuah kesenanganku didunia”. Sungguh kenikmatan yang selalu aku bayangkan. NAMUN, dibeberapa moment setelah aku melakukan hal tersebut dengan pacarku aku mulai menemukan sebuah pemikiran yang sama dan selalu aku ulang, sebuah pemikiran yang menjadi sebuah awal penyesalan pada perbuatanku.
     Hingga tiba pada sebuah moment pada pertangahan tahun 2016, ketika aku mulai serius pada sebuah hubungan dengan sebuah finally atau sebuah harapan yang aku harap akan berujung “PERNIKAHAN”. Disini semua penyesalanku tercurah, semua penyesalanku terkuak, semua penyesalanku muncul ke permukaan. Dimana dalam sebuah moment aku mengetahui kenyaatan kalau calon istriku sudah kehilangan selaput dara-nya. Jujur, saat itu aku sangat hancur, sangat drop, sangat terkhianati. Namun ketika aku mulai MENYESAL dan KECEWA, aku mulai kembali berfikir tentang apa yang kutulis diawal paragraph tadi, tentang dua peribahasa yang kucantumkan tadi, tentang kelakuanku dimasalalu, mungkin ini KARMA yang harus aku jalani. Jujur saja, hati ini begitu sangat tersakiti ketika mengetahui kenyataan ini, namun aku bisa apa? Apa aku harus protes pada TUHAN, atau protes pada kekasihku yang sudah aku seriusin dan tak pernah kulakukan perbuatan itu dengannya?. TIDAK, aku tidak bisa melakukan apapun kecuali hanya pasrah menerima konsekuensi dari perbuatannku dimasa lalu. SAKIT, tentunya! Perasaan yang diberikan oleh kenyataan membuat aku terpukul berat. Yang bisa kuperbuat saat ini hanya PASRAH dan mencoba ikhlas untuk semua takdir yang diberikan TUHAN atas semua konsekuensi perbuatanku dimasa lalu.
     Mulai dari sini aku sadar, bahwa KARMA itu berlaku, hal apapun yang kita lakukan akan mendapatkan balasan dimasa depan. Disini aku juga ingin menyampaikan sebuah pesan untuk semua generasi yang akan hidup di zaman setelahku yang notebenenya merupakan sebuah zaman dimana menganggap hal seperti itu menjadi sebuah hal yang biasa dan wajar dilakukan ketika pacaran, aku ingin menyampaikan jika ingin melakukanhal tersebut, kita harus siap menerima segala konsekuensinya sebesar apapun dimasa depan.
     Pernahkah kalian berfikir untuk menghargai tubuh kalian sendiri, bukankah akan menyenangkan jika kalian sama-sama merasakannya ketika malam special kalian, setidaknya kendalikanlah nafsu kalian sebelum kalian merasakan apa yang kurasakan saat ini, sebuah perasaan campur aduk yang hanya meninggalkan rasa sedih luar biasa dan air mata. Dan juga dibalik itu semua mulailah berfikir “pantaskah aku mendapatkan seseorang yang aku sayangi nanti dengan kondisiku saat ini”, karena sebuah perubahan dimulai dari diri sendiri, lingkungan dan keluarga. Mulailah menghargai tubuh kalian, dan percaya kalau KARMA pasti akan terjadi, PERCAYALAH! TUHAN itu tidak akan salah, TUHAN akan selalu memberikan yang terbaik pada hambanya, jika kita telah melakukan apa yang diperintahkannya dan menjauhi semua larangannya.
     Satu hal lagi. Pastinya  semua orang ingin menikah. Terus, dalam sebuah proses pernikahan tidak akan  lepas dari sebuah adat istiadat daerah. Pastinya, setiap daerah memiliki adat-nya masing-masing, lalu dari adat tersebut akan timbul sebuah istilah “SESERAHAN”, lalu PANTASKAH!, jika seorang laki-laki menuruti seserahan yang notabenenya saat ini punya nominal yang luar biasa, namun mendapatkan seorang istri dengan kondisi yang tidak seperti dikehendakinya, bukankah hal tersebut akan menimbulkan rasa kekecewaan yang akan menjerumuskan dalam konteks perselingkuhan. Jadi mulai sekarang rawatlah tubuh kalian, jagalah tubuh kalian hingga disahkan didepan mata agama. Beranilah menolak ketika kekasih kalian ingin melakukan hal tersebut, jangan pernah mau DIPERKOSA ATAS NAMA CINTA, karena ketika seseorang lelaki bersungguh-sungguh dengan pasangannya dia tidak akan pernah merusak wanitanya.

DIPERKOSA ATAS NAMA CINTA Rating: 4.5 Diposkan Oleh: aisekunder.blogspot.com

0 komentar:

Post a Comment

Popular Posts