Percaya gak dengan istilah “Jodoh
itu cerminan diri”?, yang maksutnya jodoh kita kelak adalah gambaran dari perilaku
diri kita sendiri dimasa lalu dan masa sekarang,
Sama
halnya dengan peribahasa “apa yang kau tanam dimasa lalu merupakan hasil yang
akan kamu petik dan nikmati sendiri dimasa depan”. Sejujurnya, peribahasa ini
adalah peribahasa yang paling aku yakini dalam kehidupan. Dalam kisah ini, aku ingin mengarahkan pemikiran kita kembali
mengenang masa lalu kita. Mungkin, dalam pemikiran sebagian orang beberapa hal
yang dilakukannya dalam masa lalu akan menjadi sebuah beban moral dalam
dirinya, meskipun di awal kita tak pernah terfikirkan untuk menyesali apa yang
kita lakukan di waktu dulu. namun kenyataannya, hal tersebut menjadi sebuah beban
moral tersendiri bagi pelakunya.
Dulu
ketika aku masih polos, masih belum terfikirkan apa yang akan kuterima dimasa
depan, hal yang kufikirkan adalah “bagaimana cara kita memenuhi nafsu dan
kemauan pribadi”. Aku mulai mengenal istilah pacaran ketika aku duduk di kelas
tiga bangku sekolah menegah pertama, saat itu yang terfikirkan hanyalah “wanita
itu hanya sebuah objek konstan yang bisa dimainkan, dan kita (laki-laki) adalah
subjek penentu yang memiliki nilai variable untuk memainkannya”. Ketika awal
pacaran aku bertingkah layaknya seseorang newbie yang baru memulai sebuah
permainan, aku gak ngerti apapun tentang wanita, tentang hubungan, dan tentang
istilah-istilah yang menjerumus kearah konten dewasa.
Mulai
beranjak kebangku sekolah menengah atas, konteks pacaran ku mulai lebih berani,
di bangku kelas satu, aku mulai berani berciuman dengan pacarku. Pada level ini
yang terfikir dalam otakku adalah, “seorang wanita itu menjadi sebuah predikat
yang melengkapi sebuah subjek (laki-laki) untuk menghasilkan sebuah nilai pada
objek yaitu KEPUASAN”. Namun sekarang, ketika aku mulai berfikir tentang
kelakuanku dimasa lalu, mulai timbul penyesalan dalam hidupku.
Kembali
mengenang kisahku. Dalam moment ini adalah sebuah moment yang paling aku sesali
dalam kehidupanku, benar-benar masih jelas dalam ingatanku, tanggal 1 januari
2012, pertama kali aku melakukan hal itu, hal yang selayaknya dilakukan oleh
pasangan yang sudah resmi, hal yang dilarang oleh norma agama dan norma asusila,
hal yang benar-benar akan jadi sebuah penyesalan terbesar dalam hidupku nanti. Awalnya
aku melakukan hal tersebut dengan tenang dan menikmatinya, aku melakukannya
dengan semangat tanpa memikirkan konsekuensi yang akan aku terima kelak.
Namun,
Setelah hal itu, aku kembali melakukannya lagi dan lagi, hampir setiap aku
ganti pasangan aku selalu melakukannya atas alasan cinta, meskipun saat ini aku
sadar hal itu hanya sebuah nafsu birahi yang membodohiku. Hampir setiap wanita
yang aku dekati selalu saja kuajak melakukan hal tersebut tanpa pikir panjang
dan tanpa memikirkan konsekuensinya. Benar-benar, saat itu aku merasakan sebuah
kesenangan yang tak bisa diungkapkan dan saat itu pula aku mulai berfikir “inilah
puncak dari sebuah kesenanganku didunia”. Sungguh kenikmatan yang selalu aku
bayangkan. NAMUN, dibeberapa moment setelah aku melakukan hal tersebut dengan
pacarku aku mulai menemukan sebuah pemikiran yang sama dan selalu aku ulang,
sebuah pemikiran yang menjadi sebuah awal penyesalan pada perbuatanku.
Hingga
tiba pada sebuah moment pada pertangahan tahun 2016, ketika aku mulai serius
pada sebuah hubungan dengan sebuah finally atau sebuah harapan yang aku harap
akan berujung “PERNIKAHAN”. Disini semua penyesalanku tercurah, semua
penyesalanku terkuak, semua penyesalanku muncul ke permukaan. Dimana dalam
sebuah moment aku mengetahui kenyaatan kalau calon istriku sudah kehilangan
selaput dara-nya. Jujur, saat itu aku sangat hancur, sangat drop, sangat
terkhianati. Namun ketika aku mulai MENYESAL dan KECEWA, aku mulai kembali
berfikir tentang apa yang kutulis diawal paragraph tadi, tentang dua peribahasa
yang kucantumkan tadi, tentang kelakuanku dimasalalu, mungkin ini KARMA yang
harus aku jalani. Jujur saja, hati ini begitu sangat tersakiti ketika
mengetahui kenyataan ini, namun aku bisa apa? Apa aku harus protes pada TUHAN,
atau protes pada kekasihku yang sudah aku seriusin dan tak pernah kulakukan
perbuatan itu dengannya?. TIDAK, aku tidak bisa melakukan apapun kecuali hanya
pasrah menerima konsekuensi dari perbuatannku dimasa lalu. SAKIT, tentunya! Perasaan
yang diberikan oleh kenyataan membuat aku terpukul berat. Yang bisa kuperbuat
saat ini hanya PASRAH dan mencoba ikhlas untuk semua takdir yang diberikan
TUHAN atas semua konsekuensi perbuatanku dimasa lalu.
Mulai
dari sini aku sadar, bahwa KARMA itu berlaku, hal apapun yang kita lakukan akan
mendapatkan balasan dimasa depan. Disini aku juga ingin menyampaikan sebuah
pesan untuk semua generasi yang akan hidup di zaman setelahku yang notebenenya merupakan
sebuah zaman dimana menganggap hal seperti itu menjadi sebuah hal yang biasa
dan wajar dilakukan ketika pacaran, aku ingin menyampaikan jika ingin melakukanhal
tersebut, kita harus siap menerima segala konsekuensinya sebesar apapun dimasa
depan.
Pernahkah
kalian berfikir untuk menghargai tubuh kalian sendiri, bukankah akan menyenangkan
jika kalian sama-sama merasakannya ketika malam special kalian, setidaknya
kendalikanlah nafsu kalian sebelum kalian merasakan apa yang kurasakan saat
ini, sebuah perasaan campur aduk yang hanya meninggalkan rasa sedih luar biasa
dan air mata. Dan juga dibalik itu semua mulailah berfikir “pantaskah aku
mendapatkan seseorang yang aku sayangi nanti dengan kondisiku saat ini”, karena
sebuah perubahan dimulai dari diri sendiri, lingkungan dan keluarga. Mulailah menghargai
tubuh kalian, dan percaya kalau KARMA pasti akan terjadi, PERCAYALAH! TUHAN itu
tidak akan salah, TUHAN akan selalu memberikan yang terbaik pada hambanya, jika
kita telah melakukan apa yang diperintahkannya dan menjauhi semua larangannya.
Satu
hal lagi. Pastinya semua orang ingin
menikah. Terus, dalam sebuah proses pernikahan tidak akan lepas dari sebuah adat istiadat daerah. Pastinya,
setiap daerah memiliki adat-nya masing-masing, lalu dari adat tersebut akan
timbul sebuah istilah “SESERAHAN”, lalu PANTASKAH!, jika seorang laki-laki
menuruti seserahan yang notabenenya saat ini punya nominal yang luar biasa,
namun mendapatkan seorang istri dengan kondisi yang tidak seperti
dikehendakinya, bukankah hal tersebut akan menimbulkan rasa kekecewaan yang
akan menjerumuskan dalam konteks perselingkuhan. Jadi mulai sekarang rawatlah
tubuh kalian, jagalah tubuh kalian hingga disahkan didepan mata agama. Beranilah
menolak ketika kekasih kalian ingin melakukan hal tersebut, jangan pernah mau
DIPERKOSA ATAS NAMA CINTA, karena ketika seseorang lelaki bersungguh-sungguh
dengan pasangannya dia tidak akan pernah merusak wanitanya.
0 komentar:
Post a Comment